SEJARAH PERMAINAN
Kata “cublak” adalah sebuah kata kebiasan atau idium yang digunakan untuk sebuah permainan saling tebak, sedang kata suweng artinya adalah hiasan telinga (bukan anting anting atau giwang)(ayo lah) bermain tebak tebakan (sebuah) informasi yang sangat penting.
Cublak cublak suweng berasal dari Jawa timur. Permainan ini diciptakan oleh salah seorang wali songo yaitu Syekh Maulana Ainul Yakin atau yang biasa dikenal dengan Sunan Giri. Sunan giri menyebarkan agama islam di Indonesia khususnya pulau jawa dengan jalur kebudayaan. Maka ia menghadirkan syair cublak-cublak suweng ini yang akhirnya di jadikan permainan dikalangan anak-anak.
Permainan egrang sudah dikenal sebelum kemerdekaan 1945. Sebagai bukti, entri egrang sudah terekam di dalam Baoesastra Jawa karangan Poerwadarminta. Buku itu diterbitkan pada 1939, beberapa tahun sebelum diproklamasikannya kemerdekaan kita. Di situ disebutkan kata egrang-egrangan, diartikan dolanan dengan menggunakan alat yang dinamakan egrang. Egrang sendiri diberi makna bambu atau kayu yang diberi pijakan (untuk kaki) agar kaki leluasa bergerak berjalan.
Permainan tradisional Rangku Alu adalah permainan yang mewujudkan rasa syukur para warga Nusa Tenggara Timur saat panen raya. Dengan melihat gambarnya, pasti teman-teman tak asing lagi dengan permainan ini.
Pletokan adalah sebuah nama senjata mainan yang terbuat dari bambu, dan pelurunya terbuat dari kertas yang dibasahkan, atau biji jambu atau kembang. Permainan ini merupakan permainan khas masyarakat Betawi. Pada masyarakat Sunda, mereka menyebut pletokan dengan bebeletokan, sedangkan di Probolinggo dan Madura , mereka
Benteng adalah permainan yang dimainkan oleh dua grup, masing-masing terdiri dari 4 sampai dengan 8 orang. Masing-masing grup memilih suatu tempat sebagai markas, biasanya sebuah tiang, batu atau pilar sebagai 'benteng'.
Layang-layang, layangan, atau wau (di sebagian wilayah Semenanjung Malaya) merupakan lembaran bahan tipis berkerangka yang diterbangkan ke udara dan terhubungkan dengan tali atau benang ke daratan atau pengendali. Layang-layang memanfaatkan kekuatan hembusan angin sebagai alat pengangkatnya. Dikenal luas di seluruh dunia sebagai alat permainan. Layang-layang diketahui juga memiliki fungsi
ritual , alat bantu memancing atau menjerat , menjadi alat bantu penelitian ilmiah, serta media energi alternatif.